
Toleransi itu bukan cuma soal hidup berdampingan, tapi juga tentang saling menghargai perbedaan. Di tengah banyaknya konflik sosial yang kadang muncul, ternyata masih ada daerah yang bisa jadi contoh soal keberagaman. Nah, dua kota di Sulawesi Utara (Sulut) adalah Tomohon dan Manado.
Lantas, kenapa dua kota ini bisa jadi sorotan nasional soal toleransi? Apa yang bisa kita pelajari dari mereka?
Kenapa Tomohon dan Manado Masuk Daftar Kota Paling Toleran?
Pemeringkatan ini berasal dari riset tahunan Setara Institute, lembaga independen yang mengukur tingkat toleransi kota-kota besar di Indonesia. Mereka menilai berdasarkan empat indikator utama:
- Regulasi Pemerintah Daerah
Apakah pemerintah daerah punya aturan yang mendukung keberagaman? - Tindakan Pemerintah Daerah
Seberapa aktif pemerintah menjaga kerukunan dan menanggapi isu diskriminasi? - Pernyataan Publik dari Tokoh Penting
Apakah ada tokoh-tokoh yang mendukung kehidupan yang damai dan inklusif? - Toleransi Sosial Masyarakat
Seberapa besar masyarakat bisa menerima perbedaan agama, budaya, dan etnis?
Dan berdasarkan penilaian itu, Tomohon dan Manado berhasil mencetak skor tinggi. Ini bukan cuma kebetulan, tapi hasil dari budaya dan nilai hidup masyarakat Sulut yang memang sudah terbiasa hidup berdampingan.
Apa yang Unik dari Manado dan Tomohon?
1. Manado: Damai di Tengah Keberagaman
Manado dikenal sebagai kota yang plural. Warganya terdiri dari berbagai latar belakang agama: Kristen, Islam, Hindu, Budha, dan lainnya. Uniknya, hari besar agama sering dirayakan bersama, bahkan lintas komunitas.
Misalnya saat Idul Fitri, umat Kristen ikut menjaga rumah tetangga Muslim. Atau saat Natal, umat Muslim juga membantu dalam pengamanan dan perayaan. Ini jadi bukti nyata bahwa keberagaman bisa jadi kekuatan, bukan sumber konflik.
2. Tomohon: Toleransi dari Akar Komunitas
Meskipun lebih kecil dari Manado, Tomohon punya semangat gotong royong yang tinggi. Banyak kegiatan lintas agama digelar oleh masyarakat, seperti bakti sosial bersama dan pertemuan budaya. Pemerintah kotanya juga aktif mendorong dialog antar umat beragama secara berkala.
Yang menarik, pemerintah Tomohon tak hanya sekadar mengimbau warganya toleran, tapi juga memberi ruang nyata: misalnya, penyediaan rumah ibadah yang adil, hingga regulasi anti-diskriminasi di tingkat lokal.
Toleransi Bukan Cuma Tugas Pemerintah
Banyak orang berpikir toleransi itu urusan pemerintah atau tokoh agama. Padahal, toleransi dimulai dari sikap pribadi kita sendiri. Tomohon dan Manado menunjukkan bahwa budaya damai bisa tumbuh kalau warganya punya kesadaran tinggi soal pentingnya hidup rukun.
Beberapa hal kecil yang bisa kita tiru dari masyarakat Sulut:
- Mau belajar tentang budaya atau agama lain.
- Tidak cepat menghakimi.
- Saling membantu, apapun latar belakangnya.
- Menjaga ucapan dan postingan di media sosial.
Apa Pelajaran Buat Kota Lain di Indonesia?
Setiap kota punya tantangan sendiri dalam hal keberagaman. Tapi yang bisa ditiru dari Tomohon dan Manado adalah komitmen warganya dan pemimpinnya untuk menjaga perdamaian. Ini bukan soal siapa mayoritas atau minoritas, tapi bagaimana kita bisa saling menghormati.
Dengan pola komunikasi yang terbuka, ruang diskusi yang adil, dan kehadiran pemerintah yang aktif menjaga kerukunan, kota manapun bisa tumbuh jadi kota yang ramah dan toleran.
Tomohon dan Manado bukan hanya kota yang indah secara alam, tapi juga secara sosial. Mereka membuktikan bahwa di tengah dunia yang makin terpecah-pecah, toleransi masih bisa tumbuh dan hidup. Ini jadi pengingat buat kita semua bahwa perbedaan itu bukan alasan untuk bertengkar, tapi justru alasan untuk saling belajar dan memperkaya satu sama lain.
Jadi, yuk mulai dari diri sendiri. Indonesia bisa lebih damai kalau kita semua belajar dari Sulut.